Mendungnya langit jelas tidak bisa disembunyikan oleh gelapnya malam, saat itu waktu telah menunjukkan pukul 7 malam. Mendung juga yang menyebabkan saya datang lebih cepat dari seharusnya pada sebuah pertemuan dimalam minggu kemarin. Tidak lama setelah ngobrol dengan tuan rumah,hujan mulai turun dengan derasnya. Tuan rumahpun dengan sedikit menggerutu mengatakan,"wah hujan nih bakalan sedikit yang datang, mana deras lagi hujannya." Sambil menghela nafas dia menambahkan,"susah memang kalau musim hujan, bikin acara tersendat aja." Seorang teman lain sebut saja namanya Uson, bekerja dibilangan fatmawati dengan penuh semangat bercerita soal kemacetan Jumat lalu."Wah macetnya minta ampun deh, mulai dari Blok A menuju Fatmawati bahkan sampai mau masuk tol Simatupang." Katanya, "Ini karena hujan deras disertai angin puting beliung yang sampai menyebabkan beberapa pohon tumbang."Lanjutnya."Gara-gara hujan kemarin gue kena macet dan pulang kemaleman.....capek dechhh."
Ucil (bukan nama sebenarnya) seorang pedagang makanan disebuah tempat wisata kolam renang di dearah Bogor pernah mengatakan kepada saya,"hari ini lumayan hasilnya Pak, cuacanya cerah, pengunjung banyak, tidak seperti minggu lalu,pengunjung sepi karena hujan lebat." Lanjutnya, "Boro-boro untung, untuk nutupin operasional aja susah."
Sekitar 2 tahun lalu tentu kita ingat saat banjir menggenangi sebagian besar ibukota mayoritas dari kita yang terkena musibah tersebut serempak menyebutkan hujan sebagai penyebab utama dari banjir.Hampir semua sepakat bahwa hujanlah biang keladinya baik hujan langsung di ibukota maupun hujan kiriman dari Bogor. Kita tiada henti menghujat hujan seakan lupa kontribusi kita kepada banjir dimana pembangunan kota lebih menitikberatkan keuntungan materi dibanding penataan yang baik ataupun kontribusi kita dalam membuang sampah ke kali, got ataupun saluran kota lainnya.
Sebegitu bencinyakah kita terhadap hujan?
Bahkan beberapa waktu lalu seorang teman dengan setengah bercanda mengatakan, "kalau memang hujan merupakan rejeki yang diberikan sebagai ganjaran karena kita banyak beristighfar kenapa kok hujan malah menimbulkan banyak bencana seperti banjir misalnya, lalu dimana letak hujan sebagai rejeki?."
Sebelum menjawab pertanyaan tersebut mari kita menyimak
ayat Alquran yang meyebut tentang hujan. Allah berfirman dalam surat Nuh:
"Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun,niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat,dan membanyakkan harta dan anak-anakmu dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan(pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai." (Nuh:10-12) Ketika Allah memberikan hujan sebagai ganjaran dari permohonan ampun kita padaNya. Apakah layak jika kita membenci hujan? menyalahkan hujan? Bahkan marah pada hujan ??? . Ilmu kita tidaklah dapat menjangkau banyak hal yang terkait kehendak Allah. Terkadang akal dan logika mempermainkan kita dalam memahami ayat-ayatNya.Lupakah kita bahwa tanpa adanya hujan betapa panasnya bumi saat kita bertebaran mencari rejeki disiang hari, para petani menatapi sawahnya yang kering, pepohonan mengering menunggu ajal, Wadukpun kekurangan tenaga untuk membangkitkan listrik. Turunnya hujan merupakan rejeki bagi para petani yang tanamannya kekeringan, para peternak yang hewan peliharaannya kehausan, oleh kita yang sedang kepanasan diteriknya matahari ataupun dengan terpenuhinya waduk-waduk sebagai sumber pembangkit listrik. Rejeki dari hujan sebagian yang dapat dirasakan langsung oleh kita. Lalu apakah hanya sebesar itu rejeki yang diperoleh dari hujan ??? dimana hanya bisa dirasakan oleh sebagian makhlukNya ???
Kalau kita coba menggali beberapa hadist dari rasullullah
Shallallahu'alaihi wasallam, sebagaimana berikut ini:
Ibnu Qudamah dalam Al Mughni, 4/342 mengatakan: "Dianjurkan untuk berdo'a ketika turunnya hujan, sebagaimana diriwayatkan bahwa Nabi shallallahu'alaihi wa sallam bersabda:,'Carilah do'a yang mustajab pada tiga keadaan:
[1] Bertemunya dua pasukan,
[2] Menjelang shalat dilaksanakan, dan
[3] Saat hujan turun'."
(Dikeluarkan oleh Imam Syafi'i dalam Al Umm dan Al Baihaqi dalam Al Ma'rifah dari Makhul secara mursal. Dishohihkan oleh Syaikh Al Albani, lihat hadits no. 1026 pada Shohihul Jami')
Lalu dalam sebuah riwayat lainnya
Dari Sahl bin a'ad Radhiyallahu 'anhu bahawasanya Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam bersabda:
"Dua doa yang tidak pernah ditolak ; doa ketika waktu adzan dan doa ketika waktu hujan". Mustadrak Hakim dan dishahihkan oleh Adz-Dzahabi 2/113-114. Dishahihkan olehAl-Albani dalam Shahihul Jami' No. 3078). Dari kedua Hadist diatas setidaknya bisa menjawab letak hujan sebagai rejeki, memang tidak dalam bentuk materi secara langsung melainkan jauh lebih besar daripada itu dimana kita diberikan kesempatan untuk berdoa yang mana doa tersebut akan dikabulkan olehNya. Dan sebagaimana kita juga tahu kebutuhan masing-masing kita pastinya berbeda. Dalam doa kita bisa meminta sesuai dengan kebutuhan kita (tentunya harus sesuai dengan adab berdoa).
Terkadang kita berusaha mencari waktu yang baik untuk berdoa, seperti sepertiga akhir malam, doa saat berbuka puasa, doa antara adzan dan iqomah, doa pada hari arafah dan waktu-waktu lainnya sebagaimana yang dijanjikan Allah. Waktu-waktu tersebut harus ditunggu dan dipersiapkan sebelumnya misalnya tidur tidak terlalu malam dan menyalakan weker untuk bangun di sepertiga malam, atau menunggu selama setahun untuk berdoa di hari arafah dan sebagainya.
Khusus waktu mustajab saat hujan turun merupakan waktu yang dapat datang tiba-tiba dan bisa saja tidak pada waktu yang disebutkan sebelumnya dan tanpa perlu persiapan apapun. Tiba-tiba saja hujan dapat turun dan menjadi waktu yang mustajab untuk berdoa.Disinilah letak besarnya karunia Allah untuk kita sekaligus merupakan jawaban dari hamba-hambanya yang kerap beristighfar. DiberikanNya waktu untuk kita berdoa yang dijanjikanNya akan dikabulkan. Lalu dengan adanya Hadist tersebut diatas apakah kita akan tetap membenci hujan dan melupakan Anugrah dan karuniaNya ?????
(Dari berbagai sumber dan mailing list.....Yetty K ssg III)
Friday, January 09, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
1 comments:
:-bd
Post a Comment